Bicara tentang film ‘Titanic’ berarti juga bicara tentang film drama yang telah berusia lebih dari 11 tahun. Yaa … jelas aja ingat, kan pertama kali nonton film ini waktu ‘my first date in senior high school’ gitu looh … :D

Sebenarnya latar belakang yang mendasari roman cerita antara Jack (Leonardo DiCaprio) dan Rose (Kate Winslet) ini diilhami dari true story tragedi tenggelamnya kapal Titanic setelah menabrak gunung es di Samudera Atlantik. Titanic sendiri menjadi simbol keangkuhan manusia, karena di awal cerita dikisahkan bahwa pembuatnya mengatakan Titanic sebagai kapal yang sempurna, “Bahkan Tuhan pun tak sanggup menenggelamkannya”, kata sang pembuat. Namun keangkuhan manusia inilah yang rupanya membawa bencana, rupanya Tuhan ingin berkata lain … lebih dari 1500 nyawa manusia harus membayar keangkuhan itu.

Hal lain yang menarik dari cerita ini adalah pada saat kita menyelami karakter dari setiap tokoh dalam film ini. Menarik melihat bagaimana orang tua Rose memaksakan kehendaknya dengan menjodohkan anaknya dengan seorang pemuda kaya raya. Sembilan tahun yang lalu pada saat pertama kali melihat film ini, saya hanya menilai ibu dari Rose ini sebagai sosok jahat yang memaksakan kehendak. Namun mungkin sekarang saya memandangnya dari sudut pandang lain. Orang tua mana yang mau melihat puteri semata wayangnya hidup tidak bahagia? Dan yang terjadi adalah orang tua mengukur kebahagiaan dari jaminan materi yang dapat diberikan kepada anaknya. Inilah realita hidup yang sebenarnya.

Di satu sisi sang pemuda kaya raya ternyata tidak mampu menaklukan hati sang putri tercinta. Kekayaan ternyata tidak membuat pemuda ini nampak sempurna di mata Rose. Dan hal ini nantinya terbukti pada saat klimaks film di mana setiap tokoh diperhadapkan dalam kondisi yang sangat sulit dan tak terduga, terbukti bahwa sang pemuda kaya ini tak lebih dari seorang oportunis yang mengandalkan segala yang dia miliki, bahkan orang lain untuk mendapatkan yang dia inginkan.

Sedangkan di saat yang bersamaan Rose yang sudah putus asa karena perjodohan yang tak dikehendakinya, nyaris bunuh diri jika tidak bertemu dengan Jack. Jack Dawson, adalah pemuda miskin yang memenangkan tiket berlayar Titanic di meja judi. Namun begitu ketulusan hati Jack ternyata justru membuat Rose jatuh cinta. Sekuel yang kemudian sangat terkenal dari film ini adalah pada saat Rose hendak melompat dari buritan kapal, Jack seorang pemuda asing yang tidak dikenal Rose ini nekat akan ikut melompat dari buritan jika Rose bunuh diri. “If you jump, I’ll jump”, kata-kata ini kemudian sangat identik dengan film Titanic. Dan kata-kata ini pula yang kemudian terucap dari bibir Rose pada saat melompat dari sekoci penyelamat demi mendapatkan Jack kembali. Kalimat sederhana yang menggambarkan sebuah totalitas dalam mencintai (romantis bagetsss ….)

Ide roman yang diangkat dalam cerita ini berdasar pada sebuah cinta yang mampu mengatasi segala perbedaan diantara kedua tokoh utamanya. Sebenarnya sangat klise, namun terkemas dengan sangat manis dalam setiap pengorbanan yang dilakukan Jack untuk menyelamatkan Rose. Bagaimana Jack dengan segala daya upaya yang dia mampu berusaha membuat Rose bertahan dan selamat, bahkan walaupun harus mengorbankan nyawanya sendiri. “Memenangkan tiket itu merupakan hal terindah dalam hidupku, karena tiket itulah yang akhirnya mempertemukan kita berdua”, bahkan di saat paling susah pun Jack masih bisa mensyukuri apa yang dia lalui, walaupun tidak dapat berakhir semanis yang diinginkan. Namun di akhir film ini kita masih bisa melihat bagaimana sebuah cinta dapat terus abadi di hati seorang wanita.

2010

By. Kenen Kenzi